the biodoversity

the biodoversity

Senin, 21 Mei 2012

Belajar Menulis Kesimpulan dari Sebuah Tujuan


      Sudah lebih dari 2 minggu TaP (Tyto alba Project) berjalan, dan menjadi salah satu bagian di dalamnya, membuat saya memiliki cerita-serita ini. Awalnya, sangat mudah untuk memastikan jadwal aktivitas burung ini. Namun, seiring berjalannya waktu, semakin susah.. Kenapa? karena, burung ini bersarang di lobang plafon gedung rektorat UB. Sebagai satu-satunya gedung yang paling berpengaruh di UB, gedung ini tiba saratnya direnovasi. Pemasangan jaring bangunan, suara berisik konstruksi, membuat kami ketar-ketir jika semuanya ini dapat membuat proses alami yang ada di dalamnya terganggu. Bukan hanya itu saja, kenyataannya, burung ini sedang bertanggung jawab pada 2 atau lebih anaknya yang selalu berteriak-teriak dari petang hingga malam. Bahkan, kabar yang sangat memedihkan terjadi ketika 2 lobang plafon itu ditutup..
       Ada 3 kemungkinan ketika itu terjadi : Keluarga kecil itu terkurung hidup-hidup, Induk mencari lobang lain, atau bahkan pekerja konstruksi mengambil anak-anaknya. 
Birdwatching malam berbeda dengan birdwatching pada umumnya yang dilakukan pada pagi hari. Menahan dingin, sepi, sulitnya mendokumentasi (karena penerangan dan flash yang terbatas), dan terkadang sendirian, membuat kegiatan ini seperti hanya diminati oleh orang-orang gila saja! Saya sangat menikmati ketika saya mencatat jumlah orang yang juga melongok ke atas ketika saya terus mengamati lobang plafon. Bahkan, terakhir kali saya melakukan pengamatan, wow, ada 13 orang yang melongok, menengok ke atas, ketika melihat saya menengok ke atas. Sungguh aneh dan nampaknya membuang waktu, terlebih ketika sarang yang diamati sudah tidak ada lagi.
      Adakah kekuatan ketika orang telah jadi lesu? 
   Sebuah tulisan ilmiah diawali dengan menuliskan tujuan. Ya, dan di akhir semua tulisan, kita harus menutupnya dengan sebuah kesimpulan. Apakah kesimpulan itu? jawaban dari tujuan. 
Ketika bertanya pada diri sendiri apa yang terjadi sehingga harus menekuni bidang ornitho-konservasi, maka jawabannya akan terbayang ketika saya pernah menikmati terpaan angin sejuk alam yang lestari. Suara Burung Takur yang berisik membuat kita percaya bahwa kita tak pernah sendiri. Burung ini terbang secara cepat menuju buah-buah hutan, lalu panik kembali ke lobangnya. Elang Hitam yang mengangkasa dengan gagahnya membuat seluruh isi hutan gemetar dan terdiam. Bahkan, Tyto alba sangat mengagumkan. Bagaimana mungkin sosok sebesar 42 cm, mampu terbang tanpa menimbulkan suara sedikitpun? 
Tujuan, dari apa yang telah terjadi, ketika melihat semuanya lestari, berbagi hidup dengan penghuni paling berkuasa di dunia, yaitu manusia. Rupanya, hanya sedikit manusia sadar akan berbagi ruang dengan ciptaanNya yang lain. Namun, pengharapan akan dituliskannya 'sebuah kesimpulan yang sesuai dengan tujuan', akan terus ada.

Semak dan tanaman menyala karena kekudusanNya, tetapi hanya orang-orang yang terpilih, yang mau bersujud.

Minggu, 06 Mei 2012

Cemara gunung: lanjut umur, sangat tenang, dan bijaksana

"Bumi beserta langit,
Dan segala jenis semak belukar menyala bersama Tuhan;
Tetapi hanya orang yang mengerti yang melepas alas kakinya" -E.B. Browning-

Evolusi mungkin boleh dipelajari, tapi sepertinya mata dan kepala tak pernah bisa mempercayai: Harus ada Suatu hal harus bertanggungjawab terhadap kesinambungan yang sedang terjadi.

Saat saya menulis ini, pikiran saya melayang, mengingat-ingat kejadian yang berlalu dalam kurun satu tahun yang lalu. Saat itu, saya telah menerima pekerjaan penelitian di bawah proyek salah satu dosen. Bagi saya, perjalanan gratis ini jauh lebih menyenangkan dengan kualitas suasana yang sungguh baik. Berangkat dengan kelompok berjumlah 8 orang, akhirnya kami memulai penelitian mulai pada hari Sabtu. Suatu hal yang sangat menarik ketika kami harus melewati komunitas etnik Tengger yang jujur, pekerja keras, dan bersahabat dengan alam. Bagi kami, beberapa menit berbincang-bincang dengan mereka adalah kuliah lingkungan terbaik. Tak hanya itu, kami juga melewati dasar lembah-lembah berbatu granit, dengan alas rumput teki, adas, dan paku-pakuan. Awan yang tiba-tiba muncul, lalu secepat itu pulalah ia pergi, tanaman paku tua yang tumbuh terpisah-pisah, semuanya mengingatkan pada keadaan masa purba, dan semuanya bagai makanan di kulkas: terawetkan dengan sempurna.
Awetan Plasma Nutfah zaman Jura, paduan lembah granit dan padang rumput
Berjalan dengan penduduk lokal, bertemu dengan dukun-dukun suku Tengger, dan menyaksikan pekerjaan mereka dengan sepenuh hati, sungguh sangat menyenangkan. Anak-anak patuh terhadap bapa dan ibunya. Setiap kami bersimpangan, tak pernah tidak, senyuman dan bahkan sapaan terlontar bagi kami. Gaya bicara yang tenang, sangat rendah hati, namun berkualitas, membuat kami percaya bahwa tamat SD bukanlah akhir dari intelektual yang diasah oleh budaya dan alam.
Negeri dongeng
Dari semuanya itu, satu hal yang paling menarik adalah keistimewaan cemara gunung bagi penduduk lokal. Hampir dari semua penduduk memanfaatkan hasil dari kayu cemara gunung. Konon, ratusan tahun masyarakat suku Tengger menggunakan kayunya yang kuat sebagai bahan bangunan, dan uniknya, ketika ditebang, tunas muda akan bertumbuh secara kelipatan. Bahkan dalam letusan Gunung Bromo pada tahun 2010,  rumah-rumah dengan bahan dasar kayu cemara gunung lebih tahan beban abu. Guratannya yang kasar, dan tekstur bagian dalamnya yang padat, membuat cemara gunung terkesan tua dan bijaksana. Ya, bijaksana dalam mengajari manusia tentang manfaat dari tiap spesies di bumi dan tidak untuk dieksploitasi semata. 
Cemara gunung menjadi keistimewaan saat hidupnya yang lama dipadu dengan religius kuat para penganut Hindhu tengger. Salah satunya  adalah tiga cemara gunung yang ditanam di pelataran Sanggar Pamujan. Sangat tenang, menaungi tempat sakral. Pohon ini seakan menggambarkan kesabaran dan kerelaan Tuhan dalam menaungi manusia. Bahkan dari sanalah, manusia dapat bertemu dengan Tuhan, Pencipta Pepohonan itu.
Siti hinggil Alam Tengger, Pananjakan, nampak dari bawah.
Cemara gunung yang berumur ratusan tahun, kuat, tenang, dan bijaksana.

30-10-2011