the biodoversity

the biodoversity

Selasa, 09 April 2013

Mengumbar Kemolekan di Kampus (Pengakuan Eyang Agung)

"tidak ada yang pernah menyangka jika sebuah tempat kecil nan padat manusia yang bernama kampus, seakan telah menjadi pusat berkumpulnya makhluk-makhluk cantik yang disebut....kupu-kupu."

   Tentu saja tulisan ini saya awali dengan kulo-nuwun terlebih dahulu kepada para pendekar kupu yang bersemedi nan jauh di sana. Sebut saja yang menggelar dagangan foto di T.N. Baluran atau yang ada di Jogja, atau para pendekar dari dataran Semarang. Setelah kulo-nuwun, kemudian saya harus memuji mereka... karena, foto dan tulisan kisanak sang pendekar-pendekar itu meracuni saya, sehingga harus selingkuh dari istri pertama saya (burung), lalu istri kedua saya (kodok), dan akhirnya bertemulah saya dengan istri ketiga yang cantik jelita ini. Tentunya sampeyan tidak bisa membandingkan kampus kita (Universitas Brawijaya) dengan hutan lindung, cagar alam, atau T.N. Bantimurung yang menjadi habitat se-abreg kupu-kupu di Indonesia. 
Junonia iphita ditemukan di tempat sampah dekat Glass house
   Mari kita awali dengan pertanyaan 'dimana?'. Hm... Pertanyaan bagus! Kupu-kupu bisa di mana saja, hampir di semua sudut kampus anda selalu nemu hewan yang satu ini. Tidak seperti burung yang harus 'rewel' terlebih dahulu untuk ditemukan, nah.. hewan ini cukup gampang dilihat. Namun, dimana tempat yang selalu ada kupu-kupu? Jawabannya cuma 1. Fakultas Pertanian. Anda tidak percaya? hm, lebih baik sampeyan percaya saja (maksa). 
   Di sepanjang jalan Fakultas Pertanian, baik yang melewati glasshouse bersama, lahan uji, hingga Lab. Sentral Ilmu Hayati (LSIH), setiap pagi sampeyan bisa menonton mahkluk-mahkluk cantik ini berterbangan di atas anda, uaaakeeeh.Meskipun jalanan ini termasuk yang terpadat di Kampus UB, namun rasanya mereka tidak peduli. Mulai semua fase dari ulat-kupu-kupu, ada! Mulai dari berbagai pose juga ada : menghisap nektar, berjemur, atau sedang menghisap mineral di tanah, ada! Jadi jangan pernah khawatir kehabisan stok objek :)

Doleschallia bisaltide, dalam posisi tertutup (underside), berkamuflase bagai daun dan sulit diidentifikasi
   Lalu pertanyaan kedua, 'kapan?'. Baiklah Eyang Agung akan menjelaskan berdasarkan pengalamannya. Waktu paling baik untuk memotret keseronokan kupu-kupu adalah pagi hari, saat matahari baru saja muncul. Nah, saat itu bunga-bunga akan bermekaran untuk pertama kali, dan kupu-kupu akan berpesta-pora menikmati nektar yang dihasilkan bunga. Bukan hanya itu, matahari akan menghangatkan suhu lingkungan sekitar, sehingga mau tidak mau, kupu-kupu sering terlihat berjemur. Nah, inilah pose yang paling asyik untuk memotret  karena kita akan mendapatkan gambaran upperwing side, yaitu sisi saat para mahkluk jelita ini membuka sayapnya. Suatu syarat yang kadang-kadang urgent untuk dipenuhi. Yang terakhir, sangat beruntung jika semalam atau sehari sebelum sampeyan moto, hujan,. Tanah atau batuan basah akan melarutkan mineral yang dikandungnya, sehingga membuat kupu-kupu ini diam menikmati mineral yang diinginkan,  sluuuuuurp! Jika saran-saran dari Eyang tidak sampeyan penuhi, wah.. siap-siap hanya ngiler, atau tepuk tangan saat kupu-kupu berterbangan di depan anda bagaikan rider di arena moto GP, whuzzz... dan pelit difoto. 

Eurema blanda, Eurema hecabe, dan seluruh saudaranya sedang berpesta kompos basah yang dibuang di Glass house. Terkadang hari cerah setelah hujan menjadi faktor para mahkluk ini mengumbar kemolekannya!
Prosotas dubiosa, anda dapat memotretnya dengan kamera poket!
   Pertanyaan berikutnya adalah... : 'Eyang, saya mendokumentasikan pakai apa?' Nah ini pertanyaan yang sangat sulit, sungguh, Eyang sendiri harus bertapa untuk menjawabnya. Yang pertama, dengan keyakinan nan teguh. kepada Tuhan YME yang telah memberi manusia akal sehat untuk berupaya Yang kedua, tentu saja dengan kamera, atau apapun yang mengandung kamera. Bagaimana caranya? yaah.. jika sampeyan punya sendiri, syukur. Jika tidak, bisa dengan kamera HP. Lalu jika mekso tidak punya, anda terpaksa meminjam dari teman. Saya rasa, dengan memperhatikan kapan sampeyan memotret, sampeyan bisa mendapatkan foto-foto yang: 1) cukup untuk diidentifikasi, dan 2) Enak dilihat (tidak merusak mata dan perasaan).
Junonia erigone, dalam posisi backlight
Appias libythea, dalam posisi menguntungkan
   Pastikan sampeyan-sampeyan sebelum memotret memperhatikan arah datangnya cahaya. Jangan sampai posisi sampeyan menghadap cahaya untuk memotret objek, itu yang pertama, karena akan seperti gerhana.. gelap, yang sering disebut backlight (hal-hal lain dalam pengecualian, seperti untuk seni, mungkin bisa dilakukan). Jika posisi sampeyan memang seperti itu, dan objek anda terlalu sensitif untuk sebuah gerakan, terpaksa sampeyan harus menguthek-uthek kamera anda untuk menangkalnya, yaitu dengan pengaturan metering. Metering itu adalah suatu istilah kamera yang (biasanya) digunakan untuk mengatur semacam brightness pencahayaan masuk. Karena saya tidak tahu jenis kamera sampeyan apa (tiap kamera punya letak metering dan model pengaturan sendiri-sendiri). Jika sampeyan ada di posisi yang tepat (membelakangi cahaya), maka sampeyan dapat mengatur nilai metering minus (di bawah nol). Hal ini untuk membuat gambar anda tajam, hidup, dan memang karena cahaya sudah cukup dalam menerangi objek. Jika sampeyan tidak beruntung (harus menghadap cahaya/objek backlight), maka naikkan metering-nya.. Ingat, dalam mengatur nilai metering jangan terlalu lebay, karena akan merusak hasil foto yang kita dapat.. terlalu gelap, atau terlalu terang. 



Okey, demikian tulisan Eyang Agung, semoga bemanfaat dan dapat meracuni para pembacanya.. 
Salam, :D