the biodoversity

the biodoversity

Sabtu, 30 November 2013

Gelar Foto Konservasi : The Turning Point of Meru Betiri (part I)

    Suatu saat di hari Jumat, tidak biasanya saya mengunjungi 'rumah' Balai TNMB di jl. Sriwijaya, Jember itu. Rencananya, saya hanya ingin mengecek data-data lawas tentang penelitian-penelitan satwa di TNMB. Tentu saja jauh dari tujuan 'pintar' yang mungkin anda pikirkan sebelumnya, hehehe... saya cuma... bosan di rumah dan menghindari piket mbersihkan pot bunga yang sakabreg di rumah, huahaha... 
Kebetulan orang kenalan saya yang baik hati, sekaligus menjabat sebagai kooerdinator PEH, ada di tempat. Namanya Mas Alif. Beliau ini saya tunggu di ruangannya kurang lebih 15 menit. Entah kemana, tahu-tahu ia njedul dengan sebuah poster berjudulkan "Gelar Foto Konservasi". 
"Nhaaah... iki koreksien sek" katanya,
   Sambil mengesampingkan tujuan awal, saya kemudian memperhatikan bentuk acara, tanggal, judul, lalu semakin tertarik ketika melihat besaran nominal yang tertera: Rp. 1.700.000 !!! itu hanya untuk juara 1, sedangkan juara 2 dan 3, masih berkisar dengan huruf "juta". Wheladah, aku yoo gelem iki...
Saya sama sekali tidak berminat untuk menjadi bagian dalam panita yang ngurusi barang-barang seperti ini. Wes katog aku... gah, Namun yang menarik, adalah saya berpikir, agar jangan sampai momentum langka ini hilang begitu saja. Apalagi nilai-nilai rupiah yang telah saya sebutkan menguap.. whuzzz.. Langsung saja dengan spontan, saya menyatakan untuk membantu mempublikasikan lomba yang dibatasi untuk 30 orang ini, meskipun bekerja di luar panitia tentunya. 
   Yang saya pikirkan pertama adalah nama Meru Betiri sebagai Taman Nasional terluas di Jatim ini. Hampir semua dari orang mbolang yang pernah saya kenal tidak tahu tentang nama itu. Bahkan, hanya sedikit yang mengetahui dan mengunjungi tempat tersohor seperti Teluk Ijo dan Sukamade. Well-geduwelll, ini benar-benar kelewatan. Padahal nama-nama itu begitu terkenal di antara turis mancanegara. Jika bule-bule itu banyak mengunjungi Plengkung di TN Alas Purwo pada musing-musim ombak surfing, maka hampir pada semua musim mereka wajib hukumnya mampir ke Sukamade. Bahkan, puluhan hotel yang ada di Kabupaten Banyuwangi, Jember, dan sekitarnya, mengagendakan 'mampir massal' ke Sukamade, yang notabene merupakan andalan wisata Meru Betiri. Jadi, kalau kawan Endonesah yang terdiri dari pengamat burung, reptil, bioder, dan tukang ilmu kere lainnya malah belum mampir? itu keterlaluan! Harus dirubah... 
   Kembali lagi ke dalam acara lomba tersebut, saya melirik acara ini sebagai momentum yang benar-benar baik. Meskipun dikategorikan untuk umum, namun saya lebih mengabarkannya kepada bioder-bioder muda yang selama ini mempunyai jiwa petualang yang haus akan ilmu. Selebihnya tentu terhadap komunitas-komunitas fotografi wildlife (cenderung bukan indoor). Saya kenal betul watak mereka meskipun sebagian baru pertama kali saya lihat wajahnya pada acara ini (temen pesbuk bro, hehe). Artinya, mereka mengenal apa yang mereka lihat dan apa yang mereka foto di lapangan, jadi terlepas dari esensi utama fotografi yang mengutamakan keindahan objek di LCD kamera, mereka juga dapat membantu Meru Betiri untuk berburu data Kekayaan Hayati (Kehati) yang selama ini hampa. Yapp, mau tidak mau, saya dan kawan-kawan harus mengakui, selama ini SDM menjadi permasalahan utama dalam pengumpulan data Kehati di lapangan. Please, i won't talk about plants, just animal. Itu saja ketika dipilah-pilah, digabung dengan data pengamatan pribadi, dan catatan-catatan lama yang reliable, akhirnya membuahkan angka-angka yang jauh dari harapan. 
   Belajar dari masa lalu yang kelam ini, sekali lagi saya membulatkan tekad untuk mengundang para bioder.fotografer alam, dan pecinta alam (yang beneran), yang haus akan ilmu itu untuk datang. Kesan-kesan mereka nantinya akan saya tuliskan di bab berikutnya. Sebagai penutup, saya katakan sekali lagi bahwa ini adalah the turning point, sebuah titik balik dari diamnya Taman Nasional Meru Betiri ini. Mulai saat ini, data-data yang reliable akan disusun untuk membangun nama Meru Betiri sebagai empunya database Kehati terlengkap. Kita harus yakin itu!


Kamis, 14 November 2013

Status Quo : sebuah portal masa depan

Status quo itu adalah dimana ketika suatu pemasalahan mandhek, alias berhenti. Misalnya ketika Indonesia sedang dijajah Jepang, tapi ternyata Jepang kalah. Nah, saat itu, Jepang sudah tidak punya hak memimpin, namun Indonesia belum punya pemerintahan. Belanda sendiri masih baru 'melek' dari jajahan Jerman. Tidak ada yang memimpin, akhirnya Indonesia disebut sedang dalam masa status quo, alias kosong.

Manusia juga dikaruniai status quo. Pernah anda merasakan peralihan identitas anda? Biasanya, yang sering dikenal dalam fakta-fakta simple : Berganti pacar lama dengan yang baru; sekolah dari SD beranjak ke SMP, lalu dari bujang menjadi seorang suami atau istri. Ke-simple-an ini rasanya tidak serta merta benar-benar simple. Orang perlu mempersiapkan 'pendanaan' untuk beralih ke identitas baru yang harus dialami. Paling tidak, bukan nilaian rupiah, tapi juga hati dan kemantapan pribadi.

Status quo memiliki peranan penting dalam mengadaptasikan diri kita terhadap perubahan identitas itu. Ibarat kepompong, ia telah berjasa dalam mentrasformasikan bentuk hidup yang lebih baru, bahkan benar-benar baru. Jadi kekosongan yang harus dijalani manusia itu memang harus benar-benar terjadi!

Sebagai sebuah peristiwa penting, akhirnya status quo dirasa berdampak besar dalam identitas baru yang akan ditempuh. Tidak jarang, menjalani status quo adalah sebuah ketakutan tersendiri. Ada yang menjalaninya dengan ala kadarnya, berdiam, dan akhirnya jalan kehidupan berikutnya pun berubah...menjadi lebih buruk. Segala yang ia mimpikan tenggelam. Namun, banyak pula yang bijak memanfaatkan status quo ini dengan penuh gairah : evaluasi apa yang telah ia lakukan, dan mengerjakan apa yang ia bisa, sembari terus-menerus berserah di Tangan Tuhan. Yap, saya pikir, opsi kedua adalah yang terbaik untuk dilakukan.

Belajar menjalani status quo, akhirnya harus kembali kepada sebuah metode kuno : sabar. Kesabaran juga berarti ketika kita melakukan sebuah hal paling simple (atau rendah?) di antara kalangan yang pernah mengenal kita. Kesabaran juga berarti ketika kita terus bertekun, menunggu, dan berdoa. Kesabaran juga berarti ketika bekerja semampunya dalam menyelesaikan segala permasalahan yang ada di sekitar kita, walaupun bukan deskripsi tugas yang tertanam dalam otak kita. Kesabaran juga berarti ketika kita akhirnya duduk, diam, dan memikirkan betapa besar kuat tangan Tuhan dalam menolong kita di masa lampau, dan nama besar-Nya untuk terus kita percayai di masa yang akan datang.. amin.


Selamat menjalani status quo.