the biodoversity

the biodoversity

Senin, 11 Agustus 2014

Sesep Madu dari Sukamade

Yupp... di sinilah saya hendak bercerita tentang famili sesep madu, yakni Nectariniidae, yang anggotanya telah menghiasi lembar-lembar list pengamatan saya di Sukamade. Bahkan, pengamatan minggu lalu menyatakan bahwa jumlah nectariniidae yang ditemukan di resort terpencil ini melonjak lagi 1 jenis. Kejadian ini berkaitan tentang temuan Burung-madu Belukar di tepian jungle track. Berikut penampakannya:

Betina Burung-madu Belukar

Jantan Burung-madu Belukar

Bagaimana? very noise kan? kakakak....oke... pemotret amatiran ini memang masih perlu belajar banyak untuk mengoperasikan 1100 D tuwirnya. Saat teramati, burung ini berkelompok dalam jenisnya. Jumlahnya mungkin 6 hingga 8 ekor dan saling berpasangan.

Anyway,  jumlah sesep madu di meru Betiri mencapai:
1. Burung-madu Kelapa
2. Burung-madu Belukar
3. Burung-madu Sriganti
4. Burung-madu Jawa
5. Pijantung Kecil
6. Pijantung Besar
7. Pijantung Gunung

Semoga masih berlanjut lah, hehehe...

salam dari rumah penyu :D

Sabtu, 02 Agustus 2014

Caladi Tikotok : cerita dari Baluran ke Sukamade

  Mendengar nama burung ini pertama kali adalah saat Mas Nurdin dan antek-anteknya memborong hadiah Baluran Birdwatching Competition (mbuh yang ke berapa). Kala itu, samar-samar saya mendengar bahwa Kang Swiss sebagai pemangku adat sampai terbuai dengan temuan sarang si burung pelatuk kecil ini di Kacip. Lalu, kesempatan melihat secara langsung adalah di TNAP saat mengantar rombongan praktikum lapang. Cukup berjumpa saja, fotonya engga.. haha. Nah, kalau di Meru Betiri.... (blank)
   Awal cerita, adalah kedatangan kawan-kawan Biologi UIN Sunan Kalijaga (Jogja) yang berada di bawah bendera PKL mereka di bulan januari. Sungguh tak terduga, Sigit, salah seorang dari mereka membawa foto burung yang bernama latin Hemicircus concretus ini ke hadapan saya.
   "Waduh, saya malah belum dapat fotonya..." batin saya ngenes
Saat dimasukkan DPO Bandealit pun burung mungil ini belum juga nampak. Whalah... dengan mengibarkan bendera setengah tiang, saya pun harus ngemis minta foto ke Sigit, hehe.
   Namun, penantian rupanya berbuah manis. Di bulan Mei-awal Juni, 3 kali temuan di jungle track Sukamade membuat saya meyakini bahwa burung ini lebih lumrah di sana dibandingkan di Bandealit. Sayangnya, selalu saja Caladi Tikotok bersifat autis, sehingga susah sekali difoto. Baru pada akhir Juni burung ini malah mampir di belakang pos. Rumornya, ini karena jompa-jampi Mas Kukuh-Mas Nurdin yang saat itu bersama antek-antek Biolaska berkunjung di sana. Ah, tapi rumor ini terpecahkan juga. Buktinya, ayah-ibu-anak secara bersamaan terpotret pada minggu berikutnya di tempat yang sama, setelah mereka semua pergi, haha.. modharo.. 
    At last, keluarga bahagia si Caladi tak lagi menyapa saya. Sesekali terlihat dari kejauhan di tempat yang berbeda. Di lain kesempatan pun hanya terdengar suaranya. Ah, tak pernah bosan melihatmu baik-baik saja :)

Catatan:
Burung pelatuk ini menyandang gelar Least Concern versi IUCN. Meskipun disebutkan sebagai umum di Kalimantan dan Sumatra, namun burung ini tidak umum ditemukan di Jawa. Dalam versi IUCN juga, Population trend Caladi Tikotok juga cenderung menurun.


Matur suwun kepada :
1. Kawan Biolaska untuk pendokumentasian awal di Bandealit
2. Kawan Biolaska + mas Kukuh yang sudah menemani birding  di Sukamade.

Betina Caladi Tikotok

Jantan Caladi Tikotok

Remaja Caladi Tikotok






Jumat, 01 Agustus 2014

Yess... 1 DPO ketemu!

   Sejak semula, ayam hutan merah sudah dijadikan target utama. Maksud saya, ya mulai dari pertapaan saya di Bandealit. Bahkan cerita orang lokal yang biasanya supralebay kali ini juga setuju dengan saya : burung ini langka. Saya pikir, di Meru Betiri spesies ini lebih langka daripada Elang Jawa. Apalagi habitatnya rumit, serumit hubungan jomblo *ehehehe.
   Tidak ada yang mengira, perjumpaan saya dengan hewan cantik bernama latin Gallus gallus ini ada di Sukamade. Semenjak para punggawa UPKP yang berdinas di sana mengaku (sampe berani sumpah pocong) melihat 2 ekor hewan yang saya cari beterbangan di jalur pantai tahun lalu. Tak semudah itu saya percaya, saya ngiming-ngimingi hadiah bagi siapa saja yang menemukan, dan memberi bukti foto. Tinggal pilih : rokok 1 pak atau coklat Silper kuin. 
   Alhasil, saya harus menelan ludah karena semenjak hutan mengalami pancaroba beralih ke kemarau di awal Juli lalu, Mas Juna seperti kesurupan memberi tahu saya kalau ada Ayam-hutan Merah di Sukamade. Tidak tanggung-tanggung kurang ajar, katanya burung ini thoker-thoker di tempat pembuangan telur penyu busuk, tepatnya di samping kantor. Meskipun mas Eko juga akhirnya menunjukkan fotonya yang lebih mirip gumpalan plastik, itu sudah membuat saya tidak bisa tidur. And the last... saya mendapatkan foto si cantik ini di hari-hari berikutnya :)

Selamat untuk CB (sebe), bro dari F Kelautan Undip dan Mas Eko yang mendapatkan coklat silper kuin masing-masing 1 batang.