the biodoversity

the biodoversity

Rabu, 27 Maret 2019

Karunia Tuhan sebagai CPNS (3)

     Ini adalah serial tulisan yang paling sulit untuk ditulis. Jeda dari tulisan sebelumnya mencapai berminggu-minggu. Bagaimana tidak? apa yang akan diceritakan masih saya alami hingga kini. Yap, hingga hari ini, saya masih menunggu apa yang disebut NIP CPNS dan SK penugasan saya. Hari-hari saya jalani dengan mengantar istri ke tempat kerja. Praktis lebih dari 2 bulan saya ga ngapa-ngapain. Iya, bahkan saking lamanya... banyak kolega yang mulai gaje menanyakan kondisi CPNS saya: jangan-jangan habis pemberkasan, ditelantarkan. Mana saya sudah harus resign dari kerjaan saya, sebelum-sempat-nerima-gajinya... haduuuh... 
     Lalu, saya harus kemana? ya ngeluyur, ngeluyur, daripada gila. Saya mencoba apa yang saya bisa. Mulai dari yang nggenah sampai yang absurd.
Misal, saya parkir motor di taman bungkul, kemudian jalan kaki hingga tunjungan, kemudian kembali dengan jalan yang berbeda. Hal ini karena saya anggap hidup saya tidak sehat hanya dengan membaca saja, jadi perlu diselingi dengan olahraga rada gaje itu. Lain lagi saya akhirnya membajak teman untuk nemeni saya birding, atau saya secara independen ndelok manuk di berbagai lokasi yang tidak lazim. 
    Akhirnya, karena semua itu memerlukan uang, dan karena saya telah benar-benar mengalami titik nadir kondisi keuangan pribadi, maka saya putuskan mencari aktivitas yang murah, tapi tetap di luar rumah. Akhirnya, kawan istri saya memperkenalkan suatu penemuan penting dalam hidup : Perpustakaan Provinsi Jatim! Saya suka baca, parkir gratis, dan tutupnya jam 6 sore... Wah cucok wes.. Mulai 3 minggu lalu saya gila-gilaan baca buku kalau istri kerja. Wifi dan colokan juga ada. beh manteb wes. Hanya kurangnya, tidak ada perpustakaan yang dekat-dekat daerah saya, jadi cukup keluar bensin. 

Bersyukur, atau Perubahan?
     Sepertinya, sebagian besar peserta cpns yang lolos selalu updating berita tentang kelanjutan nasib mereka. Dimana lagi kalau bukan di twitter BKN. Adminnya kekinian, dan berbeda dengan rata-rata admin humas instansi yang kaku atau ga informatif, mereka selalu update. Nah, yang paling ditunggu adalah progress Pertek NIP. Apapun postingannya, pasti pertanyaan netizen adalah Pertek. 
     Pernah ada suatu kisah, mungkin karena kejenuhannya, ada netizen yang komen tentang foto rekan-rekan cpns instansi lain yang sudah mulai kerja. Awuwuwuh -- mungkin nadanya melas sih kalau saya lihat.. Dengan kata : " enak ya... ". Tapi, bukan netizen namanya kalau tidak banyak celoteh. Ada yang menanggapi : "dasar kurang bersyukur, jamanku dulu jangankan info beginian, tapi.. bla-bla, dst.". Ada yang membela : " ya bukan gitu, ini kan untuk perubahan yang baik" dan akhirnya mungkin fenomena cebong-kampret terulang dimana-mana. Dhuh, mbok ya wes lah.. kalau mulai berisik, masing-masing diam. 
     Namun, saya menarik sesuatu yang penting, apakah kita yang gelisah itu layak disebut manusia bersyukur? ya, masing-masing latar manusia itu berbeda, apalagi para calon CPNS ini. Ada yang sudah terlanjur resign begitu pengumuman. Latar belakangnya juga beda-beda, misal karena tidak tahu proses selanjutnya bisa sangat lama, padahal dapur harus tetap ngebul. Ada juga yang seperti saya, harus, karena instansi sebelumnya tidak sanggup melihat saya mendua. Celakanya lagi, ya saya sudah kebanyakan nganggur sejak saya lulus, jadi bukan hanya 2 bulan belakangan ini. Memang sih, saya sempat kerja di kampus, tapi ya waktunya singkat-singkat dan belum sempat meningkatkan nominal tabungan secara signifikan. Tapi, yang paling berat adalah rasa bosan yang berkepanjangan. Kondisi di WAG CPNS juga sama, keluhan-keluhan terdengar sayup-sayup mendayu... Semuanya rata-rata karena kebutuhan perut yang tidak bisa dikondisikan lagi. Ada yang masih kerja di instansinya yang dulu, dan menahan gunjingan-gunjingan teman kantornya. Ada yang terpaksa mengambil part-time job, dan saya sendiri cukup beruntung, karena istri kerja full dari dulu. Saya ngga bisa bayangkan seandainya yang terjadi adalah telah berkeluarga dan ia menjadi tumpuan, pasti pilihannya dua: cari kerja apapun atau hutang, hehe... 
     Yang kedua, apakah keluhan-keluhan ini penting untuk perubahan? ya, saya bisa pastikan demikian. Masak sih, dari zaman dahulu, proses CPNS ini berlangsung dengan lama secara terus menerus? BKN dan panselnas telah mereformasi proses ujiannya sehingga menjadi transparan dan adil. Tetapi, saat unit kerja dan instansi diberikan peran dalam proses administrasi dan penyiapan NIP saja, lhah kok lueemotnya ngga ketulungan. Bahkan, saya bisa fokus menduga, proses antara SKD dan SKB itu konstan 2 bulan! Hal ini berdasarkan pengalaman tahun lalu, dan ternyata hal ini betul. Gilanya lagi, saat tulisan ini diturunkan, beberapa instansi masih terlambat menyampaikan pengusulan NIP. Jadi sebenere mereka ini butuh ngga sih? 

Jujur, secara pribadi, ini adalah sebuah jalan ke arah kesempurnaan proses. Panselnas, BKN, dan juga kepegawaian tiap instansi sekali lagi menerima kesempatan untuk belajar, karena seleksi CPNS di masa depan pasti masih ada.  Bagi saya dan teman-teman yang masih menunggu dengan berbagai latar belakang, cukup satu kata: SABAR! 


---Ditulis bersama kerumunan pelajar ababil, dengan bau wangi dan kecut secara bersamaan, gambaran masa depan bangsa yang sekedar mencoba survive dari kelamnya tugas kampus---