the biodoversity

the biodoversity

Minggu, 06 Mei 2012

Cemara gunung: lanjut umur, sangat tenang, dan bijaksana

"Bumi beserta langit,
Dan segala jenis semak belukar menyala bersama Tuhan;
Tetapi hanya orang yang mengerti yang melepas alas kakinya" -E.B. Browning-

Evolusi mungkin boleh dipelajari, tapi sepertinya mata dan kepala tak pernah bisa mempercayai: Harus ada Suatu hal harus bertanggungjawab terhadap kesinambungan yang sedang terjadi.

Saat saya menulis ini, pikiran saya melayang, mengingat-ingat kejadian yang berlalu dalam kurun satu tahun yang lalu. Saat itu, saya telah menerima pekerjaan penelitian di bawah proyek salah satu dosen. Bagi saya, perjalanan gratis ini jauh lebih menyenangkan dengan kualitas suasana yang sungguh baik. Berangkat dengan kelompok berjumlah 8 orang, akhirnya kami memulai penelitian mulai pada hari Sabtu. Suatu hal yang sangat menarik ketika kami harus melewati komunitas etnik Tengger yang jujur, pekerja keras, dan bersahabat dengan alam. Bagi kami, beberapa menit berbincang-bincang dengan mereka adalah kuliah lingkungan terbaik. Tak hanya itu, kami juga melewati dasar lembah-lembah berbatu granit, dengan alas rumput teki, adas, dan paku-pakuan. Awan yang tiba-tiba muncul, lalu secepat itu pulalah ia pergi, tanaman paku tua yang tumbuh terpisah-pisah, semuanya mengingatkan pada keadaan masa purba, dan semuanya bagai makanan di kulkas: terawetkan dengan sempurna.
Awetan Plasma Nutfah zaman Jura, paduan lembah granit dan padang rumput
Berjalan dengan penduduk lokal, bertemu dengan dukun-dukun suku Tengger, dan menyaksikan pekerjaan mereka dengan sepenuh hati, sungguh sangat menyenangkan. Anak-anak patuh terhadap bapa dan ibunya. Setiap kami bersimpangan, tak pernah tidak, senyuman dan bahkan sapaan terlontar bagi kami. Gaya bicara yang tenang, sangat rendah hati, namun berkualitas, membuat kami percaya bahwa tamat SD bukanlah akhir dari intelektual yang diasah oleh budaya dan alam.
Negeri dongeng
Dari semuanya itu, satu hal yang paling menarik adalah keistimewaan cemara gunung bagi penduduk lokal. Hampir dari semua penduduk memanfaatkan hasil dari kayu cemara gunung. Konon, ratusan tahun masyarakat suku Tengger menggunakan kayunya yang kuat sebagai bahan bangunan, dan uniknya, ketika ditebang, tunas muda akan bertumbuh secara kelipatan. Bahkan dalam letusan Gunung Bromo pada tahun 2010,  rumah-rumah dengan bahan dasar kayu cemara gunung lebih tahan beban abu. Guratannya yang kasar, dan tekstur bagian dalamnya yang padat, membuat cemara gunung terkesan tua dan bijaksana. Ya, bijaksana dalam mengajari manusia tentang manfaat dari tiap spesies di bumi dan tidak untuk dieksploitasi semata. 
Cemara gunung menjadi keistimewaan saat hidupnya yang lama dipadu dengan religius kuat para penganut Hindhu tengger. Salah satunya  adalah tiga cemara gunung yang ditanam di pelataran Sanggar Pamujan. Sangat tenang, menaungi tempat sakral. Pohon ini seakan menggambarkan kesabaran dan kerelaan Tuhan dalam menaungi manusia. Bahkan dari sanalah, manusia dapat bertemu dengan Tuhan, Pencipta Pepohonan itu.
Siti hinggil Alam Tengger, Pananjakan, nampak dari bawah.
Cemara gunung yang berumur ratusan tahun, kuat, tenang, dan bijaksana.

30-10-2011



Tidak ada komentar:

Posting Komentar