the biodoversity

the biodoversity

Kamis, 05 Desember 2013

Gelar Foto Konservasi : Yang penting blusak-blusuk! (Part II-end)

   Alkisah ketika acara ini memasuki waktunya, terkumpulah 31 orang yang bersiap dengan gear masing-masing untuk hunting foto. Meskipun kawan-kawan paling jauh sudah datang semalam sebelumnya, tapi nyatanya mereka masih punya balung enom! Terbukti ketika diuyel-uyel  di truk pengangkut sapi, mereka masih happy-happy. Bahkan, para bioder yang juga spesialis pencuri buah ini tak henti-hentinya memanen semua buah yang mereka temui di pinggir jalan, mulai pencit, jambu, dan rambutan. Untung saja mereka tidak mengangkut kelapa, jagung, tebu, atau durian. Khayal memang menurut saya. Tapi saat saya konfirmasi kepada salah seorang peserta yang saya rahasiakan namanya, ia hanya menjawab : "Kadohan mas, ora sempat njupuk..." Wih, wedan tenan... tentu saja saya menggumam sambil mengunyah pencit  :D
   Saat truk memasuki kawasan Meru Betiri, satu kesan yang saya tangkap adalah mereka tidak punya pantat cadangan karena perjalanan ini membuat pantat menjadi luka dalam, tergores-gores bak truk. Yah, mungkin dengan ini mereka sadar bahwa salah satu 'keunikan' Meru Betiri adalah akses masuknya yang sedikit 'mahal'. Yapp, terbatas dengan jenis kendaraan tahan banting, jaraknya yang jauh, dan juga biaya yang tidak sedikit membuatnya nampak terisolir dari dunia luar. 
   Masuk gapura Bandealit, mata saya ngelayap-layap tidak jelas. Sebenarnya bukan saya saja, tapi kawan-kawan yang lain sedari masuk kawasan sudah terlebih dahulu jelalatan, hehehe.. Namun, jelalatan saya berbuah manis, nampak bunga-bunga kuning ranum mencuat dari batang pohon jati yang tumbuh tidak jauh dari kantor Resort Bandealit. Itu pasti anggrek.
   Nah, beruntung sekali ada seorang 'yang-tahu-banyak' tentang anggrek di acara ini. Sebut saja dia Lutfian Nazar. Orang yang mukanya mirip dengan Eyang Subur ini sedang mengoleksi foto-foto anggrek di Gunung Ungaran, Jawa Tengah. Dan seperti dugaan saya, tanpa cang-cing-cong setelah melepas ranselnya, ia langsung mengikuti saya untuk ditunjukkan lokasi anggrek tadi. Makin lewat gerombolan kawan lain, eh, makin besar jumlah orang yang ingin moto anggrek.Padahal, tidak ada kategori foto flora di lomba ini.
   Anggrek-anggrek itu tumbuh cukup jauh dari jangkauan makro. Namun, akhirnya, salah seorang peserta malah menemukan mereka tumbuh di kayu roboh yang cukup mudah dipanjat. Sayangnya, ia tepat di atas sarang semut. Hanya 3 orang yang sanggup menahan rasa gatal akibat digigit semut. Bahkan, salah seorang peserta yang berinisial 'BH' alias ' Bayu Hendra', mengaku digigit semut hingga ke dalam celana dalamnya. hahaha, can you imagine that? modharo kon!

Banyak Mata, Banyak Rejeki
   Dalam hari-hari yang penuh bahagia itu, rupanya dalam kamera beberapa peserta terselip sebuah foto menarik. Apalagi kalau bukan si mitos Burung Pancasila : Elang Jawa! Awalnya saya tidak yakin ketika salah satu guide yang menemani mereka, Mas Alif, bercerita kalau segerombolan tukang poto mendapatkan foto yang disinyalir sebagai Elang Jawa. Baru setelah bertemu di wisma, ternyata beberapa peserta, yaitu Mas Heru, juga Mas Eko, berhasil menjepretnya. Dan... setelah didiskusikan, akhirnya deal... itu adalah seekor Elang Jawa. Suatu temuan yang mengagetkan karena selama ini belum pernah ada kabar maupun catatan tentang elang endemik jawa ini.
   Bagi saya, ini adalah sebuah tamparan. Yup, jelas, memang jika kita bicara keterbatasan, tentu tak kan ada habisnya. Apalagi saya dan kawan-kawan baru sebulan lalu mengadakan raptor watching di Sukamade dengan hasil yang kurang menggembirakan. Lagipula, kawan-kawan PEH nyatanya selalu mengadakan monitoring secara berkala. Lha mereka ini (peserta GFK) datang dalam waktu hanya sehari, lalu berhasil menjepret... Elang Jawa lagi. Sungguh terwelu, hehehe...
   Tapi apapun lah, memang keberuntungan itu datangnya dari Tuhan semata. Beliau sudah mengkode elang ini untuk muncul di area Bukit Sodung, mungkin supaya kami terbuka mata dan hatinya, bahwa tiap seluk TNMB harus kami kenal dengan baik. Yap, dengan demikian, Beliau mengisyaratkan agar terus menjaga keberadaan berbagai jenis hewan dan tanaman itu, terkadang harus mengabaikan harapan akan dana yang menetes dari langit-langit birokrasi. Niscaya, tanaman, hewan, dan segala makhluk di dalam hutan akan mendoakan para PEH, polhut, penyuluh, staff, hingga tukang sapu agar mendapatkan kebahagiaan dan kehidupan yang berkecukupan jika kita bekerja dengan sungguh-sungguh dan hati yang gembira :)

Terima Kasih peserta GFK sekalian... terima kasih sudah sudi mampir di Meru Betiri :)
Foto bareng sebelumberangkat ke Bandealit
Tidak masuk kategori penjurian? Cuek sajaaa... yang penting blusak-blusuk.
 Acara hunting foto malam
Menjarah hasil pekarangan warga :D
Peserta Gelar Foto Konservasi dalam formasi lengkap

Tidak ada komentar:

Posting Komentar