|
Andongrejo, desa terakhir sebelum Meru Betiri |
Meru Betiri bukan hal asing lagi bagi saya. Hutannya yang masih 'gelap', jalannya yang penuh dengan rintangan (termasuk sliweran batang rotan, palem, bambu
ori yang semuanya berduri), belum lagi batu-batu besar menghadang jalan. Niscaya, tidak perlu terkesima kalau berkunjung ke sana hanya dengan 3 cara : jalan kaki, kendaraan 4 WD, trail, dan tentu saja helikopter.. hehehe.
Berbeda dengan kunjungan saya 2 tahun lalu di Sukamade, kali ini saya dalam kesempatan praktikum SMSDH mengunjungi Bandealit (15 Nopember '12). Jalannya lumayan, tidak se-gila Sukamade, dan tidak terlalu jauh, hanya sekitar 4 jam dari desa terakhir Andongrejo.
Deg-deg an dengan harapan adanya sensasi baru, saya mulai mengalami perjalanan dengan truk perkebunan 4 WD itu dengan mendongak-dongak mencari buruan. Diawali dengan serbuan kelompok kirik-kirik senja, lalu merbah dan cekakak yang sliwar-sliwer tidak jelas di atas kami. Goncangan yang keras, membuat saya tidak terlalu berani mengeluarkan senjata saya : takut ndlosor ke tumpukan tas, ya takut kejedot bak truk, terutama takut kamera saya kenapa-napa (eman cuy). Sekitar 1 jam lebih perjalanan, tidak disangka tidak dinyana.. saya bertemu Luntur Harimau. Burung sial, sang dhemit alas ini bukan terbang, tapi bertengger. Tidak cukup bertengger, tapi ia melubangi sebuah tunggul kayu kering dengan tingi 1,5 meter, mungkin sarangnya. Lha, sudah tahu ada truk lewat, dia tidak kabur.. malah melongo melihat saya.. Uwoooh.. seakan-akan saat itu dunia bergerak slowmotion.. tatapan burung betina ini masih teringat jelas, bahkan ketika truk kami berlalu, dia menyempatkan meninggalkan pekerjaannya membuat lobang, untuk mengintip kami yang makin menjauh.. Apakah dia sudah jatuh cinta padaku? ingat, kamu sudah punya suami! :p Oh Tuhan... pengalaman gila.
Sampai di Bandealit, rupanya tidak terlalu 'tertutup' seperti Sukamade. Kami melewati perkampungan pekerja kebun, lalu perkampungan nelayan yang warganya mayoritas Madura. Sedari tadi, Bubut Alang-alang, Raja Udang biru, Elang Ular Bido sliweran... tapi tidak cukup menghibur kegalauan hati saya karena terlanjur kecewa : Luntur di depan mata tapi tidak sanggup mengabadikan...
|
Pemandangan Bandealit dari Bukit Sodung : Luar Biasa! |
Di dalam Bandealit sana, praktikum dimulai. Mulai dengan Muara Timur yang tidak sesuai dengan reklame-nya : sepi
mamring, tidak ada apa-apa.. Cuma cangak, trinil pantai, dan kokokan laut yang teramati. Ah, kecewa lagi. Esoknya tim mengunjungi savana. Lha ini yang bikin kami kaget. Perjalanan di tepian hutan dan semak ini dipenuhi kejutan dari : Philentoma kerudung, Srigunting Batu, dan Bubut. Bahkan, di tempat ini saya dapat mengabadikan Serindit Jawa. Anehnya, di tempat ini Serindit kok agak
pekok ya? Diam aja, tidak se-aktif pergerakan saudaranya di Cangar, atau tempat lain.
|
Laguna di Muara Barat |
Siangnya, setelah istirahat, saya menemukan jalur lain ke hutan. Karena terlalu sore, saya kembali untuk meneruskan esok paginya. Ternyata jalur ini adalah lintasan satwa yang telah ditutup. Di dalamnya, hm.. lagi-lagi penuh hal mengejutkan. Mulai dari Udang Api yang hampir menabrak saya, Srigunting Batu (lagi), berbagai jenis merbah, Pijantung Kecil... dan... Seriwang Asia! Awalnya, saya tidak yakini itu sebagai Seriwang Asia, tapi setelah berdiskusi lama... woh... saya temukan yang betina. Selain itu, berbagai kejutan dari Elang Jawa muda yang berkelebat, dan burung aneh-aneh yang tidak sempat saya identifikasi.. terlalu sedikit orang dan terlalu mepet waktu yang diberikan..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar