the biodoversity

the biodoversity

Senin, 05 Agustus 2013

Rahasia yang harus dibagi Part II : Orang mikir saya gila!!!

   Saya punya seorang kakak angkatan di tempat saya kuliah. Kakak angkatan yang satu ini sangat berkesan bagi saya. Bukan karena ia sekedar perempuan yang menarik, tetapi karena ia pernah melontarkan perkataan yang cukup keras kepada saya. Kejadian ini terjadi satu tahun lalu ketika saya berburu foto Celepuk Reban yang katanya pernah ditemukan di Hutan Mipa. Nah, memang sebelum janjian bertemu dengan Strix (panggilan untuk Adityas) saya sempat mencari-cari arah suara burung kecil ini dengan menyenteri Hutan Mipa. Lalu, ketika saya sampai di depan gedung jurusan, saya bertemu dengan beliau, dan terjadilah percakapan berikut:

Kakak kelas: "Aguuung... ngapain kamu malam-malam senter-senter di pohon-pohon???"
Saya: "ng..."
Kakak kelas: "Kamu sudah mirip orang gila yang ga ada kerjaan aja."
Saya: "hehe..."

   Memang, ini adalah salah satu hal yang membuktikan kalau banyak orang menganggap saya dan beberapa kawan telah menapaki jalan yang unik, dibilang aneh, atau jika lebih sopan: 'kurang populer'. Tapi bukannya berhenti, saya makin senang saja menggeluti dunia jepret-menjepret foto sambil jalan-jalan. Kalau tidak ada teman yang mau diajak jalan-jalan jauh, ya saya pergi berjalan-jalan di sekitar habitat saya, termasuk kampus ini. Nah, demikian juga terjadi saat harus mengamati geliat larva Euploea mulciber yang saya temukan. 
   Berbekal kamera, buku catatan, pensil, dan penggaris, juga dengan memakai seragam kebesaran: Kaos oblong, topi lapang, sandal gunung, dan tak lupa celana pendek (hehe), saya menyusuri jalanan kampus yang ramai, dan tentu saja ngetem di gapura jalan F. Pertanian. Beruntung terkadang Strix dan Aan, duo 'gila' saya, bisa menemani, tapi jika tidak, ya... sendiri saja. Bisa dibayangkan toh bagaimana orang-orang memandang saya? agak bagaimana gitu,, haha..
   Pengamatan dimulai dengan memotret telur atau ulat, saya kemudian menghitungnya. Tidak kurang dari 9 butir disebar di 5 pucuk Alamanda cathartica pada hari pertama. Pada hari berikutnya, nampaknya induk kupu ini menyebar lagi telurnya. Hal ini terlihat dari adanya telur-telur baru yang diletakkan diluar daun yang telah ditandai. Pun saya mengetahui sebuah fakta yang unik. Telur-telur ini nyatanya menetas kurang dari 24 jam! Begitu menetas, ulat-ulat kecil ini segera memakan cangkang telur mereka dan bergerak untuk mengunggis pucuk-pucuk daun. Terlihat permukaan daun muda itu mulai cokelat dan mengeriput. Berdasarkan literatur yang saya dapat, ulat-ulat mngeluarkan sebuah enzim pencerna untuk mempermudah mereka memakan daun. 
   Dua hari berikutnya, saya seperti biasa mengamati ulat-ulat ini. Wah-wah, ternyata mereka kedatangan tamu. Tamu asing ini nampak menusuk-nusukkan mulutnya yang berbentuk jarum pada telur-telur yang belum menetas. Tamu yang seperti alien ini dengan rajin juga mendekat pada ulat-ulat, entah apa maksudnya. Kami hanya bisa menduga, kalau tamu asing ini adalah sejenis parasitoid. Jika melihat-lihat literatur, memang mirip dengan tawon ichneumon, sang parasitoid larva sejati. Lambat-laun, saya tidak lagi menemukan banyak ulat-ulat itu. Ataupun jika ditemukan, letaknnya berada di daun yang cukup jauh. Nampaknya, mereka sudah menambah area jelajahnya. Selain itu, saya juga menemukan beberapa ulat mati. Wah, efek dari parasitoid-kah? Hasil yang kurang menggembirakan sebenarnya.
   Pada suatu hari pengamatan, ada sesuatu hal yang membuat saya bahagia. Bahkan, lebih bahagia daripada menemukan Euploea mulciber bunting ini. Bukan karena ulat-ulat itu ditemukan kembali, tapi ternyata beberapa adik kelas saya ngikut pengamatan! Terhitung 5 orang akhirnya nginthil karena penasaran akan larva-larva Euploea mulciber yang dikoar-koar oleh saya dan strix. Pada lokasi perkara, saya dan strix memberikan penjelasan dengan semangat bagaimana kronologi kejadian fase larva E.mulciber, dan dari mata mereka, saya bisa menangkap kehausan mereka akan ilmu pengetahuan. Bukan jenis ilmu yang dibatasi tembok-tembok otak praktikum, tapi benar-benar membawa diri mereka ke laboratorium alam terbesar di dunia. Tentu saja dengan alam yang selalu baik sebagai sang guru. Hanya 'ngedan' dan keluar dari tembok-tembok masif pikiran yang membuat kita semua semakin paham berbagai rahasia alam ciptaan Sang Khalik.
   Memang, mungkin jiwa-jiwa dan metode 'menggila' ini sudah cukup terkenal di kampus-kampus lain, tapi sayangnya, di departemen biologi almamater kami masih kurang. Sedihnya lagi, terlalu banyak SDM segar yang enggan berkarya, entah, macam-macam alasannya. Yang jelas, saya hanya bisa berdoa, agar saya tidak mendengar gerombolan anak-anak biologi ngobrol ngalor-ngidul atau menjelma menjadi satria bergitar tiap malam. Nakal itu boleh, karena saya sendiri merasa orang mbethik, main-main itu juga perlu.. Tapi kalau dibuat main-main saja, itu yang tidak boleh. Sebisanya, jangan sampai kita mendengar arek biologi bertanya-tanya: "apa yang bisa kuteliti?", sementara publikasi dari pihak asing terus menerus membanjiri kita.
   Baiklah, inti dari semua perkataan ini adalah, jangan ragu untuk berbuat sesuatu demi hal yang lebih baik. Jika boleh mengutip perkataan salah satu guru saya dari Gunung Baluran : bahwa sebenarnya manusia itu sudah diprogram software-software luar biasa di otaknya. Hanya bagaimana kita dapat mengasahnya. Saya karena bisa moto, nulis, maka saya membawakan kisah kelahiran Euploea mulciber ini kepada sampeyan-sampeyan yang membaca. Sampeyan tentu memiliki keahlian-keahlian macam-macam, entah di laboratorium dengan mikroskop, entah pinset dengan mencit, menggambar, melukis, menulis, memotret, jalan-jalan, berbicara, atau apapun. Yang sampeyan perlukan, adalah terus menerus mau tekun berkarya, agar rahasia-rahasia ilmu yang ada di depan mata, dapat diproses dengan bekal software made in Gusti Allah. Hasilnya, dapat dibagi bersama, agar semakin banyak orang-orang yang 'gila' akan kebesaran Tuhan, dan tentu saja, 'gila' akan kata-kata ungkapan syukur...

nuwun,

Telur Euploea mulciber


Ulat-ulat berukuran 1 mm, siap mengunggis daun muda


Parasitoid kah?

Predator

Alien yang lain, parasitoid juga?

Stix, sedang mengamati ujung Allamanda cathartica berkode 1





2 komentar: