the biodoversity

the biodoversity

Jumat, 10 Januari 2014

Menthelengi Raptor di udara : Kami butuh dukun hujan!

   Mungkin, bisa saya simpulkan minggu ini benar-benar payah untuk kami. Hasil kegiatan yang kami gadang-gadang bisa dapat informasi tambahan data kehati di slempitan-slempitan SPTN II Ambulu, rupanya, belum berbuah manis. Mulai dari Andongrejo, Sanen, dan Wonoasri, kebanyakan data hanya melonjak pada satu jenis saja. Hm, sebentar, bukan artinya tidak bersyukur, tapi memang demikian keadaanya. Menyisir tepian-tepian hutan, batasan-batasan kawasan yang terbuka, sampai bukit-bukit glenak-glenuk hanya untuk mencari burung pemangsa. Full sesuai dengan pengalaman, informasi setempat dan literatur yang pernah dibaca. Jangankan berharap untuk menemui jenis-jenis baru, bahkan jenis lama saja yang pernah teramati di lokasi yang sama, malah nihil-hil-hil. Apalagi kami kebanyakan hanya bertemu satu jenis yang sama : Elang-ular bido. Wooh, jian manuk lonthe tenan. Tiap ganti lokasi, hanya burung ini saja yang muncul, sambil berbuyi kliiik-kliik seperti anak ayam terjepit. Kalau seandainya terbang dekat gitu wes tak bandhem watu tenan.
   Baiklah, mungkin dapat saya simpulkan bahwa memang kita yang salah pilih hari. Namanya saja Januari, tentunya hujan sehari-hari. Apalagi waktunya cukup sedikit. Memang, kegiatan seperti ini butuh waktu yang cukup lama rasanya, terutama karena para pelakunya sendiri masih belum pernah melaksanakannya di at the place, alias first time broo... Ya sudahlah, apapun, yang jelas kami sudah memetakan lokasi-lokasi strategis untuk pengamatan raptor. Dengan ini, suatu saat kami bisa kembali untuk pengamatan, dan semoga dengan hasil berpredikat : memuaskan.

Menjaga api agar tidak padam

   Saya pikir, kegiatan-kegiatan PEH tidak ada yang tidak mulia. Selain duit yang harus dicukup-cukupkan, para pelakunya haruslah seorang yang multitalent : pengamanan, penyuluhan, dan tentu saja pengembangan informasi kawasan. Yah, semuanya tetap harus disambi-sambi dengan kerjaan lain dan juga diomeli. Apalagi jika kawasan sedang tersangkut kasus 'panas'. Bayangkan saja, dengan keadaan yang seperti itu, masih ditambah dengan kegiatan yang cukup berat, plus hasilnya kurang... rasanya paling yo mangkel juga. Tapi karena seperti kata saya :'mulia', akhirnya mereka tetap bergerak juga. Sudah rejekinya mereka kali ya...  (untunglah saya bukan PEH, hehe :D )
   Namun, nyatanya para punggawa ini memang bisa menikmati hidup di hutan. Ledekan demi guyonan seringkali saling terlontar... lha apalagi yang bisa ditanggap kalau tidak teman sendiri? Saya sendiri kagum pada Mas Afiyan, sang juragan dari Sukamade. Mungkin beliau bisa dijuluki sebagai dukun hujan yang tokcer. Berkat doa-doanya, hujan menyingkir dari perbukitan Ketangi-pothol, pergi ke laut selatan.  Selain itu, beliau juga merupakan tukang banyol yang top. Saya masih kepingkel-pingkel kalau ia berkelakar tentang kode-kode dalam hubungan suami-istri. Dan.. kalau sudah masuk bab ini, saya yang masih bujang ini mesthi enthek...
   Apapun yang dilakukan lah, yang jelas bisa menikmati hidup itu benar-benar perlu. Ibarat api, masing-masing orang sudah disebuli dan dihujani oleh berbagai tekanan yang ada di sekitarnya. Hutan mungkin bisa menjadi tangkupan tangan yang menghalangi angin badai tekanan itu. Dari sana, kita menjadi dekat dengan apa sebenarnya tujuan pekerjaan kita. Duduk kita di batu, tangan kita menyentuh lumut, kaki kita menjejak rumput yang segar, dan mata kita tak henti-hentinya memandang karya Sang Mahakuasa. Memang mulut kita terkadang mangap-mangap tidak jelas, tapi di situlah kita jujur apa adanya, dan menyadari akan betapa tidak mampunya kita tanpa Tuhan. Sebuah hutan yang oleh Sang Khalik menjadi halaman rumah kita, siap dijelajahi lagi, demi menyeruak misteri-misteri di dalamnya. Jangan khawatir kawan akan jaring-jaring ruwetnya birokrasi negeri ini. Mereka hanya manusia yang sama dengan kita. Beliau melihat semangat kita, dan mari kita jaga agar jangan padam...


Mas Afiyan : juragan sukamade, dukun hujan, dan konsultan hubungan suami-istri terpercaya

Mas Alif, bos geng PEH dari balai

Mas Puji, buddy saya di Bandealit



Sedang in action mendokumentasikan burung di jalanan Andong

Elang-ular Bido (Spilornis cheela).. akh.. kau memang ada dimana-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar