the biodoversity

the biodoversity

Selasa, 03 Juni 2014

Mbrasak-mbrasak Bandealit (edisi Tamanan)

   Hum, sudah 4 bulan 'hanya' berangan-angan untuk menuliskan cerita ketika memasuki kawasan rimba Meru Betiri. Ah, daripada cuman jadi angan-angan, lebih baik ya tak muntahkan saja di sini.
Dengan latar belakang kegiatan pemasangan camera trap, maka saya berencana untuk ndompleng mencicipi sensasi masuk hutan (saat itu, saya hanya masuk ke lokasi yang relatif mudah dijangkau). Oleh karena itu, PJ untuk acara menentukan tanggal 6 dan 7 sebagai d-day. Kalau tidak salah sih yang ketiban Mas Adi, salah satu cukers kepunyaan TNMB. Simpatisannya adalah Mas Puji, Mas Andre, Mas Jumadi, dan 2 porter : Pak Hafid dan The Saman, serta tentu saja potograper keliling. 
    Perjalanan diestimasi selesai sebelum gelap, jadi ada 2 hari ke tempat yang berbeda untuk memasang 4 buah kamera. Tujuan kami adalah 2 tempat yang berseberangan 180 derajat, yaitu Tamanan dan Penangan, nama-nama yang unik sekali, hehe. Memang sebuah kebiasaan dan anomali jika di hutan orang menamai sebuah tempat sekenanya, tergantung kebiasaan dan kemudahan menyebut. Maka, tak heran jika sampeyan berkesempatan untuk nge-trans (sebutan bagi kegiatan masuk hutan) di TNMB akan mendengar berbagai nama aneh, seperti Kali PA, Durenan, Penangan, Pondok Plastik, Uthuk-uthuk, Ketangi-pothol, Ringin telu, Tikung Ndhas-kucing, Watu gedhe, dll. Sejarahnya? simpel sekali, misal seperti Kali PA, karena dulu PA (Pelindung Alam, alias Pegawai TN) sering nginap di sana, hahaha...
    Hari pertama menuju Tamanan, tak ada yang istimewa.  Hanya saja, jalur masuk hutan ini cukup mendaki. Dari tengah jalan, kita bisa melihat kampung cawang dan pabrik kopi dengan jelas. Ah, lanjut-lanjut terus, tidak ada tanda-tanda pembuktian informasi temuan. Harapan saya untuk menemukan burung 'aneh-aneh', rupanya harus saya telan dalam-dalam. Wuedan, dimana-mana melihat hanya tutupan vegatasi rapat. Ok fine, Semoga nanti hingga istirahat ada tempat yang sedikit terbuka. Ternyata, dugaan saya keliru... semua hijau babarblas. Tak ada spot untuk melihat burung. Semua burung bermain di bagian atas kanopi, dan kami ada di bawahnya. Ah, memanggul senjata 300 mm rasanya sia-sia. Namun, yang sedikit menggembirakan adalah temuan kotoran karnivora dan cakaran lama pada batang pohon. Whooww.... sekali lagi, ini adalah first time bagi saya untuk berburu jejak-jejak karnivora besar. Namun, setelah observasi awal di sekitaran, tim menemukan tanda-tanda manusia di sana. Ada bekas pondok, patok-patok bambu, dan beberapa bumbung. Weh, ternyata ini adalah sisa orang ndarung (menginap di hutan mencari burung atau ijuk). Akhirnya, dengan menimbang segi keamanan kamera, maka pemasangan di Tamanan akhirnya diurungkan.

Perjalanan hari kedua akan dikisahkan di lain tempat berooo... Kami menuju suatu tempat yang kata PJ acara kita tercinta, disebut lebih 'mudah' dan 'tidak mendaki'...
suwun...





Mas Adi dengan baju hitam, Mas Puji dengan baju kelabu


Tidak ada komentar:

Posting Komentar