the biodoversity

the biodoversity

Jumat, 22 Februari 2019

Karunia Tuhan sebagai CPNS 2018 (2)

Setelah kurang lebih 2 minggu menunggu, termasuk penundaan-demi-penundaan, maka diumumkanlah hasil seleksi administrasi pada tanggal 31 Oktober 2018 pukul 07.55. Tiap pengumuman, pasti hueboh.. baik di grup wa atau di wa japri.. euuh.. dan pengumuman selalu tersiar secara cepat (iya lah, yang lama nunggu, hehe), dan... saya lulus. Dari 3 orang alumni prodi S2, ada 2 termasuk saya yang lulus. Bahkan dari lab saya bekerja dulu, ada 3 yang tidak lulus. Artinya, seleksi administrasi ini sangat ketat! Well, saatnya belajar lebih intensif. Tapi jangan dikira saya nunggu pengumuman baru belajar, ehehe.. noo.. 

Saya mulai belajar tepat sebelum saya daftar, dan itu belajar sangat kueras.. sampai istri saya ikutan stres. Kalau buku, tidak ada yang spesial. Saya malah pakai buku latihan sisa istri saya tahun lalu. Yang penting, ada materinya sedikit. Bekas coretan pensil istri bisa saya hapus. Selain belajar, saya persiapkan diri dengan menambah kosa kata dan teknik skimming, dengan membaca koran. Saking pengen hemat, maka saya beli koran di sore hari, ehehehe.. jadi selisih 2 ribu perak.

Wait, kenapa sudah belajar walau belum tentu lolos tahap selanjutnya? ketahuilah, jeda yang lama adalah menunggu pengumuman hasil, tapi berikutnya setelah diumumkan, tes tahap berikutnya terjadi sangat cepat. Jedanya bisa 5 hari atau maksimal seminggu. So... ga mungkin kalian belajar SKS di rangkaian CPNS ini, percayalah...

Skip...

Saya mendapatkan lokasi tes di Surabaya, pada hari sabtu tanggal 10 November 2018. Pada perjalanannya saya mempersiapkan tes itu, kuping saya tetap update berita mengenai pelaksanaan SKD CPNS di tempat lain . Dari sini saya dapat info bahwa momok menakutkan tahun ini adalah TKP (Tes Karakteristik Pribadi). Hanya kurang lebih 10 % dari peserta tiap sesi yang mampu lolos. Bahkan, banyak kasus pada sesi tidak ada yang lolos Passing grade (PG) yang ditentukan. Gila! Jadi, lolos SKD adalah seperti lubang jarum. Semakin dekat waktu ujian, saya tetap meng-handle diri saya sepenuh hati dengan percaya diri, walau terngiang PG yang sangat-sangat ketat. Berbeda dengan ujian CPNS yang lalu-lalu, saya selalu mengkomunikasikan kegundahan saya kepada ibuk, Di sini saya seakan mendapat kekuatan untuk berusaha yang terbaik, walau nampak mustahil. Saya pun segera bergerilya di dunia maya untuk mencari kiat-kiat metode lolos SKD era 2018. Ternyata, saya nemu dan akan saya praktekan nantinya. 

Tepat tanggal 9 November, saya dan istri berniat untuk mensurvey lokasi ujian. Lokasi ujian ini terletak di Empire Palace Hotel, yang sepertinya telah disewa panselnas untuk melaksanakan ujian ribuan (atau ratusan ribu) orang. Saya persiapkan pakaian putih hitam dan kartu tes. Esoknya, tanggal 10, saya tak mengambil resiko, dengan datang 2 jam sebelum waktu tes. Melakukan check in 1 jam sebelumnya. Proses check in ini sangat ketat pemirsah. Hanya diperbolehkan KTP dan kartu ujian untuk dibawa. Alat tulis, ikat pinggang, perhiasan, jam, apalagi tas harus dititipkan. Jika 1 sesi ada 1000 orang, dan tiap hari terbagi 5 sesi, dan waktu SKD ini berlangsung kurang lebih sebulan, saya hanya bisa bayangkan crowded-nya manusia di tempat ini. Pelaksanaan tes ini menurut saya lancar, dan tidak ada insiden yang menarik. Setelah check in pertama, kami naik ke lantai 2 untuk diperiksa dengan metal detector. Setelah itu, kami menunggu bersila di sebuah aula besar. Kemudian, kami naik lagi ke lantai 3 untuk diperiksa lagi dengan metal detector, tepat sebelum memasuki ruangan CAT. 

Saya berpapasan dengan pegawai BKN yang memberi yel semangat ala-ala anak muda (memang mereka masih muda lho). Saya pun cepat menilai, bahwa kali ini BKN menjadi pelaksana yang baik, dimana humas mereka selalu berkabar secara cepat, memperbaiki troubleshoot juga secara cepat. Untuk mencegah kecurangan pula, mereka di ruang CAT tidak dibantu oleh pegawai daerah (saya rasa begitu), dimana yang terakhir ini posisinya sebagai pelayan simpan barang, mengurus stempel kartu, bahkan bantu parkir :p 

Tidak ada petuah khusus dari panitia. Begitu kami masuk di kursi dengan PC di meja, kami sudah bisa entry data NIK dan no ujian, begitu pun log in untuk memulai. Jadi, karena waktu terhitung secara berbeda, rata-rata peserta nanti selesai dengan waktu yang beragam. Sesuai dengan kiat yang saya temukan, saya langsung skip 2 topik pertama dan mengerjakan TKP terlebih dahulu. Baru 3-5 soal, saya kemudian mengerti bahwa soal-soal ini menanyakan kesiapan kita sebagai ASN yang millenial dan berdaya saing. Mirip dengan visi kinerja pemerintah saat ini yang berjalan cepat, dan sesuai sasaran. Saya pun cepat beradaptasi dengan memilih jawaban itu. Selanjutnya, saya progress TWK dan TIU. Kiat berikutnya adalah jangan pernah baca bacaan, soal, lalu cari jawaban di bacaan. Pola ini saya pelajari dulu ketika SNMPTN, dan kembali saya terapkan. Ingat, hanya tersedia 90 menit untuk mengerjakan kurang lebih 100 soal. 

Waktu demikian mepet. Semua jawaban sudah terisi, dan terkoreksi sekali. Saya pun tak ingin berleha-leha, lalu memanfaatkan 3 menit tersisa untuk mencoba koreksi sekali lagi, lalu kemudian... baaam! waktu selesai dan nilai langsung keluar di sisi kanan. Tidak ada kriteria lulus/tidak lulus, yang ada hanya nilai per topik dan total. Wuwuwuwu... saya senang sekali karena lulus. Bukan hanya dengan nilai yang mepet, tapi cukup jauh melebihi. Sekali lagi saya bersyukur, dan percaya ini semua karena Tuhan dan doa ibuk saya. 

Namun... Sekali lagi, tahap CPNS harus dijalani dengan pasrah dan kerja keras. CPNS bukan sekedar lolos SKD. Saya tidak boleh jumawa. Banyak yang berkomentar bahwa saya auto lulus. Ngga, baby.. masih ingat saya bersaing dengan 11 orang pelamar untuk 1 formasi? Meskipun kemungkinan untuk melaju secara tunggal itu ada, saya selalu antisipasi bagian terburuk dengan mempersiapkan ujian berikutnya. Lalu, sekali lagi, peserta CPNS Kemristek harus menunggu agak lama karena ada beberapa hal, terutama ujian susulan peserta, reformasi nama jabatan dan formasi oleh Kemenpan-rb, dan berikutnya adalah penggodokan Permen karena hanya 10 % dari seluruh formasi yang dapat lolos SKD. Saya kira sangat wajar jika Panselnas pening, karena gawe ini pasti anggarannya kadung besar, sedangkan  jika dibiarkan ya jelas serapannya sangat minim. Namun, munculah permenpan 61, yang memberikan kesempatan bagi yang tak lulus SKD (sebutannya P2), untuk melaju SKB dengan berbagai syarat. P2 dapat melaju terutama jika tidak ada peserta yang lulus (P1), atau jumlah peserta yang lulus kurang dari jumlah formasi yang dibutuhkan. Misal, jika dibutuhkan 3 orang, dan ada 2 P1, maka nomor 1 dan 2 otomatis terisi dengan P1, sedangkan 1 formasi diperebutkan P2 sebanyak 3 kalinya (3 orang). Nah, jika di 1 formasi terjadi persaingan ketat, misal dibutuhkan 1 orang, dan ada 5 P1 dan ratusan P2, maka P2 yang jumlahnya ngadubilah itu langsung rontok seketika, dan P1 yang bersaing hanya urutan 1,2&3 saja. Sisanya juga ikut rontok. 

Lalu, bagaimana dengan posisi saya? jelas saya pun masih skeptis. Berminggu-minggu hidup menggalau, hiks. Proses menunggu ini lho yang paling 'owowow' deh dari semua proses CPNS. Hingga akhirnya, kurang lebih sebulan kemudian, pada tanggal 8 Desember 2018, Ristekdikti yang selalu masuk '10 besar instansi terakhir' mengumumkan hasilnya. Daaan... dari semua peserta yang saya lamar itu, muncul 2 P1!! Tentu saya harus bersaing lagi dengan 1 orang. Bahkan, di sini muncul nama-namanya, sehingga masing-masing bisa memonitor asal pesaingnya, haha... 

Sekali lagi, saya pastikan bahwa saya belajar untuk tes berikutnya, SKB, dimulai dengan jauh-jauh hari sebelum pengumuman SKD ini. Bukan sok pede, tapi memang jeda pengumuman dan pelaksanaan SKB pasti sangat pendek, sehingga tidak mungkin bisa belajar. Apalagi materi SKB tentu terkait dengan perihal yang lebih spesifik. Sekali lagi, saya perlebar kuping saya untuk mencari info terkait SKB ini. Hasil kesimpulan saya adalah materi yang terkait dengan formasi yang kita tuju. Misal jika kita lulusan mikrobiologi yang menuju formasi di peneliti tumbuhan, maka sudah pasti kita belajar fisiologi tumbuhan, dll. Jadi, jangan salah dalam belajar, karena materinya pasti banyak. Selain itu, kebijakan ujian ini lebih diserahkan ke unit kerja yang dituju. Nah, di sisi ini sebenarnya muncul prasangka nepotisme, apalagi Kemristekdikti termasuk yang menggunakan 4 uji, mulai kesehatan, TKB, wawancara, dan microteaching. Bahkan, saya juga mulai agak pesimis ketika tahu pesaing saya adalah alumni unit yang saya tuju, meski berbeda prodi. Namun, saya tak mungkin mundur, dan menyerahkan ke Tuhan perkara di luar kemampuan ini. Tak lupa saya curhat ke ibuk mengenai kegundahan ini, dan ibuk pun merestui dan menguatkan perasaan saya. Hehe.. jian wess.. hebat pokoke emakku. 



Kira-kira, begini lah hasil dari SKD yang ditunggu-tunggu itu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar