the biodoversity

the biodoversity

Rabu, 20 Februari 2019

Karunia Tuhan sebagai CPNS 2018 (1)

Sebelumnya, saya harus mengakui bahwa jiwa menulis saya belakangan bisa dibilang mandeg total, alias mati.. Saya lebih mengaruniakan talenta saya untuk mencari nafkah di bidang jasa penulisan, sedangkan untuk pribadi saya sendiri enggan rasanya untuk memenuhi nafsu kebutuhan itu karena itu untuk orang lain (baca: dark writter), dan sebetulnya masih banyak jalan untuk menghargai talenta saya.. ah.. 
Tanggal 11 Januari menjadi turning point kehidupan saya dan istri, dimana pada dini hari muncul pengumuman kelulusan CPNS Kemristekdikti. Tulisan ini adalah bentuk nazar saya ketika saya sedang gundah dalam proses tersebut.. monggo diseruput... 

Kembali ke jalan yang benar.. 

        Saya ketika lulus magister Juni 2017, segera mengalami masa-masa sulit. Singkatnya, saya harus cukup jatuh bangun untuk mengejar cita-cita, sekaligus nyambung kebutuhan perut. Apalagi, saya sudah punya calon anak manusia yang segera harus dinikahi. Langkah cepat saya ambil dengan menyebar lamaran. Saya berkelana pertama kali dengan bekerja sebagai dosen swasta di sebuah kampus banyuwangi, tempat kelahiran saya. Belakangan saya tahu bahwa itu adalah pilihan mekso, karena kampus itu dalam kondisi collaps.. dan setelah saya resign, NIDN saya sudah kadung dibuat. saya pelajari impacts nya, dan untungnya, surat lolos butuh sudah ada di tangan. Ini adalah pengalaman paling berharga yang pernah saya temui di dunia perdosenan. :')

Pelajaran 1: Jika anda berminat menjadi dosen, pastikan kampus yang anda pilih sesuai dengan kualitas. Sameyan sangat berhak menentukan harga anda dan keberlanjutan hidup. Jangan terburu mengiyakan untuk masalah NIDN. Ini tentu tidak berlaku kalau sameyan masuk di PTN. 

     Selanjutnya, saya kembali menjadi asisten seorang dosen di kampus almamater saya, menyambung kerja yang pernah saya lakukan sebelum saya lulus. Tuhan memang baik, ada adik kelas yang begitu baik dan kaya nya, sehingga ia punya rumah yang dapat ditinggali. Gratis tis tis.. dengan 3 anak lain yang saya kenal baik. Di sana kami bisa masak, wifi an, bahkan listrik pun tidak boleh bayar.. Ya ampun, wes tak doakan masuk sorga semuanya.. hehe.. 
      Selain itu, saya ambil 2 kerjaan sebagai asisten. Kerjanya apa? macam-macam, yang jelas menulis jurnal adalah yang utama. Uangnya saya tabung benar-benar dan berharap itu bisa jadi modal nikah. Saya pun jualan pisang dan air mineral untuk nambah-nambah uang belanja. Sembari itu, saya ingat puluhan lembar legalisiran dan lamaran terkirim kemana-mana. Tidak ada satu pun yang nyantol.. kemungkinan ini disebabkan oleh dua hal, yang pertama kualifikasi saya campuran (S1 biologi, S2 Ilmu lingkungan). Kedua, perguruan tinggi sangat selektif atau bahkan sangat memperjuangkan alumninya sendiri. Kegagalan-kegagalan pahit harus saya alami masa ini. Misal, saingan yang sudah S3 sewaktu seleksi di sebuah Kampus Kristen terkenal di Jogja, atau tidak ada link ketika seleksi di sebuah PTN di Kota Malang. Bahkan, di tempat terakhir ini saya melihat anak yang pinter, rontok karena harus bersaing dengan anak si anu, atau si itu... Bulan Maret saya dipanggil untuk wawancara dan microteaching di salah satu kampus swasta besar di Salatiga. Tapi karena lama, dan saya sudah terlalu berpengalaman dalam bidang rejecting, maka saya biasa saja, meski sedikit berharap sih. Pada lain kesempatan, saya direkomendasikan untuk masuk di sebuah PTN di palangkaraya oleh Kepala Jurusan S1 saya. Toh 7 bulan berlalu, yang terakhir itu berakhir dengan : REJECT... wkwkwk

Pelajaran 2 : Sebagai jiwa muda, ketahuilah interest kalian sedini mungkin. Be real, realitas yang utama. Saya ingin jadi dosen dan tidak punya kreatifitas wiraswasta, jadi harus terima berbagai resikonya. Jika samean misal ingin buka cafe, laundry, jadi petani.. ya semua pasti punya resiko, ketahuilah terlebih dulu itu. 

          Berikutnya, saya menikah.. Loh? yes.. saya mengajar di sebuah kampus swasta di Pare, Kediri. Domisili pun berpindah ke Surabaya, untuk nemeni istri yang sudah 5 tahun kerja di Laboratorium swasta. Bahkan, awalnya saya ingin nyabang kerja dengan sebuah STIKES di Jombang. Eh, melihat kondisi kampusnya, saya ingat kembali pelajaran 1, dan saya segera putuskan untuk hanya di Kediri saja, meski pilihan ini juga sedikit lebih baik. Pada masa-masa ini, berita santer tentang CPNS 2018 sudah terdengar siur-siur.. alias tidak sedikit orang-orang kampus yang membicarakan.
          Menjadi CPNS adalah gelora bagi banyak orang. Jujur, saya sudah eneg rasanya. Toh ini bukan pertama kalinya saya ikut tes akbar cpns-an (ini yang ke 4). Artinya sudah cukup waleh, jian... Mungkin  hanya ibuk saya yang membangun semangat dan harapan, meskipun anaknya sudah benar-benar loyo, haha.

Perjuangan dimulai..

     Saya mulai semuanya dengan mempertimbangkan segala pilihan formasi. Ingat, formasi harus dipilih dengan kualifikasi yang samean punya, karena hanya ada 1 kali kesempatan. Jadi, sudah lama tidak ada pilihan nyabang. Selain itu, kualifikasi yang dimiliki dan formasi yang dituju harus presisi. Biasanya (dan sebagaimana terjadi di tahun 2018), kurang lebih 2 minggu informasi dan tata cara pendaftaran telah beredar, sebelum akun benar-benar bisa dibuat. Saya tercatat resmi memiliki akun pada tanggal 2 Oktober 2018. Itu pun karena harus bersaing dengan banyak penduduk Indonesia, sehingga sangat-sangat sulit di hari-hari itu untuk bikin akun. Saya harus dibuatkan adik kelas di lab untuk membuatnya. berikutnya upload berkas-berkas, dan bahkan harus ada foto diri dengan memegang ktp dan kartu informasi akun yang telah dibuat. Jadi, Panselnas kali ini benar-benar memperhitungkan antisipasi kecurangan. 
     Setelah itu, saya benar-benar berdoa, dan memohon jalan untuk formasi yang harus dipilih. Tidak banyak kualifikasi untuk ilmu lingkungan, dan realistis bagi saya. Ada beberapa pilihan, misal di jawa sendiri ada 3 PTN, di Unsri, di Kalimantan ada 2, Kendari ada 1, fiuhh.. membingungkan. Sebenarnya, saya ingin pilih di Kendari. Alasannya, saingan pasti lebih sedikit. Di jawa ada UNS, yang sudah pasti diminati oleh banyak orang, dan berikutnya kalau tidak salah di Unnes. Nah, belakangan saya tahu ada formasi di Jember. Ah, jember kota di dekat kelahiranku.. mimpi orang tuaku untuk anaknya kerja di dekat rumah aja. Keinginan istri juga untuk tidak terlalu jauh darinya (awkwk).. Jadi, inilah.. saya rubah pilihan di akhir-akhir.. tepat setelah saya nelpon ibuk, mendengarkan nasihatnya, dan akhirnya saya submit! Hanya saya meminta : "buk, doaku saja ngga cukup... hanya dengan doa dan restu ibuk semuanya jadi mungkin.. " Maka, mulai dari saat itu, Ibuk mulai doa dan puasa.. dan seminggu kemudian disusul dengan bapak.. :')
     Terhitung tanggal 10 Oktober saya resmi memencet tombol 'Daftar', dan secara resmi tidak dapat diubah kembali. Ada berkas lain yang juga harus dikirim via pos. Ingat, jangan sampai menyepelekan pengiriman via pos, karena banyak kasus pendaftaran direject karena berkas diterima tidak tepat waktu. Setelah itu, persiapkan hati untuk menunggu, karena ujian CPNS tidak melulu ujian kasat mata, tapi ketahanan untuk menunggu. Oleh karena itu, sering-seringlah melihat web resmi cpns instansimu :) . Oh iya, satu lagi.. di web sscn juga dilengkapi keterangan formasi yang dipilih juga dilamar berapa orang. Ketika awal saya menimang pilihan, pelamar masih 3 orang, berikutnya 6 orang. Ketika saya sudah kllik 'daftar', jumlahnya menjadi 12 orang! wauuw.. tapi itu masih mending dibanding beberapa formasi dengan perbandingan 1:30 an. Saya pasrah, berdoa, dan bekerja keras, karena cuma itu yang saya tahu untuk saya lakukan. 

Pelajaran 3 : Restu orang tua sudah saya buktikan sangat penting di pengalaman ikut CPNS.  Belum pernah saya menembus SKD pada ujian-ujian CPNS sebelumnya, dan saya benar-benar yakin ini adalah doa Ibu, selain tentu kerja keras yang harus saya alami. Oleh karena itu, tanyakan keinginan dan pertimbangan orang tuamu, berikut informasikan progress kalian sejujurnya.. 


nyambung...


Jenis-jenis pengumuman yang membuat peserta menghela napas, gulung-gulung, dan berdoa lebih keras!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar