the biodoversity

the biodoversity

Senin, 12 Mei 2014

Mencicipi gaya Jepang ala film My Boss My Hero

   

   Saya pecinta film, tapi rasanya bukan seorang yang 'gila' film dengan tayangan episode, apalagi dari negara-negara asia timur. Pertama kali, kawan kuliah saya bernama Rahmi mengenalkan film ini kepada saya di ruang baca biologi. Heran melihat manusia yang satu ini masang headset dan nyekikik sendiri. Karena penasaran, akhirnya saya pun ikut nonton. Eh... ternyata ga puas, akhirnya bergiga-giga memori laptop saya digunakan untuk menyimpan film dengan 10 episode ini. 

   First, tokoh utamanya bernama Sakaki Makio. Sebenarnya, ia adalah seorang bos muda Yakuza. Di era kepemimpinan ayahnya (yang merupakan generasi ke 2), ia melakukan kesalahan yang sanat koplak! Dengan gayanya, mulai bertransaksi dengan mafia hongkong. Ayahnya memberi pesan agar tawaran tidak kurang dari 27 USD, tetapi dengan koplaknya ia masih bilang 'NO' ketika mafia itu akan membayar 35 USD. Akhirnya, perkelahian itu terjadi dan hilanglah kesempatan transaksi besar itu. Ayahnya yang marah besar akhirnya insyaf dengan kebodohan anaknya, sehingga ia memasukkan Makio ke salah satu sekolah swasta (menyamar sebagai murid pindahan kelas 3). Tantangannya adalah : lulus, atau tidak akan menjadi bos generasi ke-3! Dan cerita-cerita yang membuat sampeyan ngakak, terharu, dan ketagihan akan dimulai dari sini.
Sakaki Makio, 27 tahun.. koplak, namun memiliki semangat tinggi
   Bagian yang menarik adalah tekad Makio untuk belajar dan lulus bersama-sama yang lain. Diceritakan bahwa Makio adalah orang yang... tidak bisa berpikir lebih dari 90 detik, namun sebaliknya, ia sangat suka berkelahi. Oleh karenanya, pelajaran-pelajaran SMA menjadi momok besar bagi penguasa no 2 Yakuza Kantou Sharp Fang ini. Apalagi dia tidak mungkin melakukan hal-hal curang yang bisa membuka kedoknya sendiri. Sebenarnya sih, Makio menganggap sekolah adalah omong kosong belaka. Namun, kompetisi untuk mendapatkan Puding Agnes yang digilai Makio dan sebagian besar siswa, membuatnya menciptakan alat terbang yang membuatnya semakin mengerti akan indahnya belajar... 

   Dari film ini sampeyan juga akan melihat bahwa tiap tugas, tiap PR, tiap kegiatan sekolah di Jepang sebenarnya tidak neko-neko alias simple sekali. Bahkan, standar kelas 3 jika dibandingkan dengan di Indonesia, mungkin ketinggalan lho... Misalnya, anda disuruh membaca puisi sastra jepang bergantian, lalu mengartikannya. Perasaan ini ada di tugas SMP (atau SMA di awal?). Menggambar dan mendeskripsikan mahkluk bersel 1, atau pemecahan soal penjumlahan sudut yang sederhana. Sangat tidak 'wah' jika dibandingkan hingar-bingar Jepang yang seperti apa, ya toh? Namun, saya merenung... mungkin, di sinilah kelebihan orang jepang. yang pertama, mereka tidak mengejar kecerdasan 'formal' yang biasa dikompetisikan di sekolah-sekolah umum di Indonesia. Maksud saya, mereka tidak mengejar bab-bab, tidak mengejar ' nama sekolah sebelah', atau mengejar nilai akreditasi alias ISO bla.. bla.. bla.. yang mereka kejar adalah anak didik yang memiliki moral, pengetahuan terhadap budaya asli, dan memahami dasar-dasar ilmu itu sendiri. Sehingga, tak seorangpun mencap satu pelajaran sebagai momok yang mustahil dilalui, hanya karena ia tertinggal terlalu cepat dari kawan-kawannya.

Bu Minami, sosok berwajah dingin yang awalnya dibenci oleh Makio
   Pelajaran lain yang membuat saya manggut-manggut dari film ini adalah sikap pantang menyerah yang dimiliki oleh Makio dan orang Jepang pada umumnya. Telah kita ketahui bahwa orang Jepang terkenal ulet dan 'gila' terhadap suatu yang diinginkannya. Hal yang sebenarnya diturunkan dalam bentuk pengejawantahan semangat bushido ala samurai zaman dahulu kala. Bayangkan saja, Makio adalah orang dedhel yang hanya bisa berpikir 90 detik. Setengah tahun bersekolah di sana hanya mampu membuatnya berpikir selama.... 3 hari dan ranking 122 dari 122 siswa. Sebuah progress yang saya yakin membuat guru-guru normal akan mengucilkannya. Namun ternyata tidak. Wali Kelas yang dijuluki 'Si Wanita Besi', Bu Minami, rela memberikan murid ini privat, pelajaran tambahan di libur musim panas. Bukan hanya itu, Makio diwajibkan mengumpulkan jurnal tiap minggu. Eits... ini bukan jurnal ilmiah yang harus diresume seperti di tempat saya kuliah. Ini adalah jurnal yang berisi curhatan siswa tentang apa saja yang dilaluinya di sekolah atau di keluarga. Fungsinya adalah guru bisa mengetahui keadaan siswa dan apa yang dapat dilakukannya untuk membantu masing-masing siswa. Sangar kan? Guru juga akan membalas tulisan di jurnal itu : memberinya semangat dan nasehat. Murid di Jepang sangat diperhatikan toh? Semuanya dilakukan dengan satu semangat : mendidik siswa agar dapat melalui tahun-tahun di sekolahnya. 
    Begitu juga semangat yang sama ditunjukkan oleh Makio dan murid-murid lain. Bahkan, di tengah-tengah kegiatannya bersenang-senang atau berjudi sebagai Yakuza... ia akan ditelpon pulang oleh anak buahnya untuk mengerjakan PR atau menghafal kosakata Bhs. Inggris... whatsss... . Ada pula sebuah cerita dimana Makio sangat ngeyel untuk membentuk tim basket demi kelasnya yang tercinta, 3-A. Nah, selain kompetisi yang datang di saat menghadapi ujian kelulusan, tidak adanya orang yang mahir berolahraga membuat kelas yang dipimpinnya tidak semangat. Tim Basket yang dipimpinnya pun demikian. Namun, dengan ke-ngeyelan-nya dalam menghadapi masalah, Makio dkk menang dalam kompetisi basket tersebut dan membawa nama 3-A melambung.. 

Ada sebuah Quote yang bagus, yang dilontarkan oleh Bu Minami untuk Makio ketika ia hampir putus asa menghadapi banyaknya permasalahan:

"Hadapilah, jangan lari.. Karena jika kamu berhasil menghadapinya, maka kamu akan lebih kuat dari sebelumnya."

  Yang terakhir, (semoga anda tidak tertidur, hehe), adalah sikap ksatria yang dipertontonkan secara gamblang di film ini. Ini adalah bagian yang saya suka dari semuanya, hehe... Saya sendiri belum pernah ke jepang atau mensurvei setiap film jepang untuk mengetahuinya. Namun, sikap ksatria dan mau mengakui kesalahan menjadi tradisi yang patut dibanggakan oleh negara-negara asia timur, khususnya negeri jepang sendiri. Di film ini, ketika terjadi sebuah permasalahan besar di sekolah, Kepala Sekolah sangat merasa menjadi yang paling bertanggung jawab akan semuanya, dan... mau mengundurkan diri. Di keorganisasian Yakuza sendiri tidak ada orang yang mencari kepentingan sendiri dengan mengumpankan teman sebagai kambing hitam. Semuanya dengan kompak mengatakan : 'Maafkan, ini salah kami...' lalu dengan alasan-alasan ia melakukan itu. Tidak ada yang ngeyel. Dan anehnya, pemimpinnya juga meminta maaf kepada... anak buahnya tersebut. Akhirnya, tidak ada yang merasa benar jika suatu permasalahan terjadi, tapi dengan semangat dihadapi bersama-sama. jadi tidak ada caleg-caleg di institusi, penjilat, atau kata 'aku', tapi dihadapi secara bersama-sama. Benar-benar woow lah...

Kalau budaya kita sih... ah sudahlah.. :)

Cerita-cerita konyol terkadang dibumbui roman percintaan dan serius


Akhirnya, film ini sangat recommended bagi anda yang membutuhkan hiburan segar namun kaya akan nilai-nilai humanis edukasi negeri sakura. Anda penasaran dengan film ini? anda dapat mendownloadnya di
sini
atau di
sana

oke.. keep semangat!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar